Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini kembali menyampaikan kritik tajam terhadap Israel terkait kehadirannya di Suriah. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan di sebuah forum internasional, Putin menegaskan bahwa Tel Aviv telah mendapatkan keuntungan besar dari situasi konflik di Suriah. Oleh karena itu, ia mendesak Israel untuk segera mengakhiri keterlibatan militernya demi terciptanya stabilitas di kawasan Timur Tengah.

“Israel telah memanfaatkan konflik Suriah untuk keuntungan strategisnya. Namun, saatnya bagi mereka untuk menghormati kedaulatan Suriah dan meninggalkan wilayah tersebut,” ujar Putin dalam pidatonya, Selasa (19/12). Pernyataan ini mengundang berbagai reaksi dari komunitas internasional, terutama dari negara-negara yang terlibat dalam konflik tersebut.

Kritik ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Israel akibat serangan udara yang diduga dilakukan oleh Israel di wilayah Suriah. Menurut laporan beberapa sumber, serangan tersebut menargetkan fasilitas militer yang dianggap strategis oleh Israel. Namun, Rusia menilai tindakan ini justru memperburuk situasi.

Seorang analis politik Timur Tengah, Dr. Ahmed Al-Fayed, menyatakan bahwa desakan Putin mencerminkan keinginan Rusia untuk mengurangi eskalasi konflik di kawasan tersebut. “Rusia ingin mengembalikan stabilitas di Suriah, dan kehadiran Israel dianggap sebagai hambatan utama,” jelas Dr. Al-Fayed.

Menanggapi pernyataan Putin, seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya menuturkan bahwa langkah-langkah militer Israel semata-mata bertujuan untuk melindungi kepentingan keamanan nasional mereka. “Kami tidak akan berhenti menjaga keamanan wilayah kami dari ancaman yang berasal dari Suriah,” ungkapnya.

Pernyataan Putin ini menjadi sorotan utama, mengingat posisinya sebagai salah satu aktor penting dalam konflik Suriah. Banyak pihak kini menantikan langkah diplomatik selanjutnya, baik dari Rusia maupun Israel, untuk mengakhiri ketegangan yang telah berlangsung lama di kawasan tersebut.