Jakarta, PusatHeadline – Berita mengejutkan datang dari Changchun, China: dua unit eVTOL milik XPeng AeroHT mengalami tabrakan udara saat melakukan latihan (rehearsal) sebelum acara pameran udara. Berdasarkan laporan media, benturan tersebut terjadi karena jarak antar pesawat yang tidak mencukupi.

Dampaknya: satu pesawat masih bisa kembali ke darat dengan kendali, sedangkan pesawat lainnya kehilangan kendali struktural dan mengalami kebakaran ketika mendarat. Satu orang penumpang dilaporkan mengalami luka ringan dan dirawat, tapi kondisi keseluruhan tidak membahayakan jiwa.

XPeng AeroHT mengonfirmasi bahwa insiden terjadi dalam latihan formasi ganda (dual formation) saat persiapan Changchun Air Show. Perusahaan menyebut bahwa jarak antar pesawat (separation distance) kurang memadai. Saat ini investigasi masih berlangsung untuk memastikan apakah ada kegagalan teknis, kesalahan pilot, atau faktor lingkungan.

Teknologi mobil terbang memang menjanjikan: pengembangan eVTOL dipandang sebagai solusi mobilitas masa depan, terutama untuk transportasi perkotaan dan udara rendah. Namun insiden seperti ini menjadi pengingat bahwa keselamatan dan regulasi harus berjalan seiring dengan inovasi agar publik tidak kehilangan kepercayaan.

Beberapa hal yang kemungkinan akan diperiksa dalam investigasi: sistem kontrol otomatis vs manual, sensor jarak antar pesawat dalam formasi, pelatihan pilot / operator, manajemen risiko saat latihan, serta prosedur darurat dan evakuasi. Jika ditemukan kelemahan, ini bisa memicu perubahan kebijakan atau standar operasional.

Untuk publik, insiden ini mengangkat pertanyaan: seberapa cepat mobil terbang bisa dijadikan moda transportasi umum? Bagaimana regulasi di China dan internasional akan merespons? Serta bagaimana keamanan dalam latihan udara dan demonstrasi akan ditingkatkan agar kejadian serupa tak terulang?